3 Aspek Wisata Kampung Batik Laweyan: Sejarah Kemerdekaan, Batik & Mahakarya Arsitektur
Pesona Kampung Batik Laweyan yang tidak boleh teman-teman Batik Mania lewatkan dan mungkin saja tidak ditemukan di kampung-kampung batik lainnya. Pesonanya begitu menawan & tidak pernah padam, hanya saja Kampung Batik Laweyan masa kini memang geliat industri batiknya tidak semeriah dulu. Banyak industri batik di Laweyan yang menutup operasionalnya, sejak datangnya gempuran batik printing di era 1970an beberapa orang telah menjual rumah serta ruang produksi batiknya dan berpindah domisili sekaligus berpindah profesi. Tetapi pesona Laweyan tetaplah menarik karena memiliki 3 unsur penting yang menyangga ruh & jiwa hidup negara Indonesia ini, tiga diantaranya adalah:
• Sejarah Kemerdekaan
• Warisan Budaya: Batik
• Mahakarya Arsitektur
Tercatat dalam literatur sejarah, Kampung Batik Laweyan menjadi titik pertahanan perjuangan melawan Belanda. Terbukti dengan jatuhnya bom Belanda di Laweyan yang menewaskan 4 warga Laweyan, petilasannya masih ada dan bisa kita lihat hari ini, 2 diantaranya ada lah pembatik dan 2 lainnya adalah anak-anak menjadi korban bom Belanda pada masa agresi militer II tahun 1949. Penggunaan nama Langgar Merdeka sempat dilarang oleh Belanda, langgar kecil lantai 2 yang berada di jalan Dr. Radjiman tersebut harus berganti nama menjadi Langgar Al Ikhlas karena nama merdeka bisa menyulut semangat perjuangan kemerdekaan warga Laweyan. Selain itu, Sarekat Dagang Islam yang begitu melegenda didirikan oleh Haji Samanhudi di Laweyan, awalnya untuk melindungi industri batik nasional di Laweyan dari tangan-tangan tak bertanggung jawab termasuk Belanda, tetapi akhirnya menjadi sebuah organisasi besar pergerakan nasional dalam menuju kemerdekaan. Sempat berganti kepemimpinan dari Haji Samanhudi ke HOS Cokroaminoto dan berganti nama menjadi Sarekat Islam supaya bisa menampung banyak anggota selain pengusaha batik. Petilasan Haji Samanhudi, tokoh pergerakan nasional tersebut berada di Laweyan dan mungkin jasa-jasanya hari ini, semakin dilupakan oleh masyarakat. Begitupula rumah pemberian Ir. Soekarno yang terletak di Laweyan masih bisa dikunjungi oleh para wisatawan.
Geliat produktivitas batik di Kampung Batik Laweyan masih sangat asyik untuk dinikmati oleh para wisatawan, para pengunjung bisa mengikuti workshop edu wisata batik di Batik Putra Bengawan dengan syarat melakukan konfirmasi kedatangan dahulu kepada admin melalui whatsapp atau dm instagram sekaligus mendalami filosofi, sejarah & motif batik melalui guide-guide handal dan membaca literasi buku-buku batik yang disediakan. Terakhir, pastinya belanja batik khas Solo, tersedia dengan sangat lengkap di Batik Putra Bengawan dari mulai batik printing, kombinasi, cap dan tulis, semua ada disini.
Pemandangan yang paling menarik setelah menikmati sejarah kemerdekaan & industri batik adalah arsitektur rumah-rumah saudagar batik Laweyan yang masih terasa & dipertahankan eksistensinya. Bangunan yang ada sejak sebelum & awal kemerdekaan tersebut dibangun dengan bahan-bahan yang berkualitas tinggi, sehingga hari ini masih berdiri kokoh tanpa merubah apapun orisinalitas arsitekturnya. Rumah-rumah bergaya Indische-Java tersebut hanya di gempur tembok-tembok pagar tinggi yang menutup keindahan rumah didalamnya agar supaya bisa dilihat oleh para wisatawan. Bahkan masih ada rumah tertua di Jawa Tengah yang konon katanya dibangun di tahun 1400an, terletak di gang Sayangan di Kampung Batik Laweyan. Arsitekturnya unik, pembangunan rumahnya masih menggunakan teknik slot dengan melibatkan sedikit paku seperti teknik slot kayu di Jepang yang populer dengan nama Kigumi. Tertarik untuk berjelajah wisata dengan 3 aspek istimewa di Kampung Batik Laweyan, mari datang kemari!
Article by Putra William Wiroatmojo, Batik Enthusiast.
Berikut spesifikasi batik :
Bahan: sutra
Jenis batik: tulis
Ukuran: 3 meter
Harga: Rp 8.500.000,-
