2 gempuran besar yang menggempur industri batik nasional pada tulisan sebelumnya memberikan dampak yang cukup luas dan memperparah kondisi perkembangan industri batik, salah satunya estafet generasi penerus pembatik-pembatik handal yang ada didalamnya. Beberapa waktu yang lalu, penulis menyempatkan diri jalan-jalan ke beberapa industri batik di kota Solo dan menemui beberapa pembatik legendaris, ya namanya legendaris pasti orangnya sudah tua atau sepuh, salah satunya adalah Bu Martini yang seringkali dipanggil presiden untuk melakukan kegiatan eksebisi membatik untuk tamu-tamu kenegaraan. Fenomena pembatik ‘Legendaris’ ini seperti tak pernah usai karena belum ada pembatik-pembatik muda yang benar-benar ingin terjun dalam industri, maka dari itulah stigma pembatik ‘Legendaris’ pasti tebal menyeruak di mana-mana, sehingga menciptakan label tersendiri bahwa pembatik itu harus tua, tidak ada pembatik muda.
Seperti riset yang disampaikan oleh katadata pada 20 juli 2023, mengatakan bahwa profesi konten creator atau youtuber adalah profesi impian anak-anak Indonesia dengan segala hal yang ditawarkan profesi ini, jelas sangat menarik bagi generasi muda Indonesia untuk meniti karir di jalur tersebut. Dibandingkan dengan profesi membatik yang mungkin saat ini jauh sekali dari pikiran anak-anak muda hari ini, kecuali anak pengusaha batik, anak pembatik, anak seni, anak-anak yang menuntut ilmu di kampus kesenian, mungkin berbeda lagi ceritanya jika mereka diambil sampel risetnya.
Tidak ada penawaran istimewa dari profesi membatik atau pembatik, jika dibandingkan dengan profesi-profesi lain yang digandrungi masyarakat Indonesia. Keistimewaan profesi membatik akan kembali lagi pada produktivitas industri batiknya itu sendiri, seberapa produktif mereka mampu menghasilkan batik-batik yang diminati oleh masyarakat & terjual rutin?! Ini adalah sebuah pertanyaan besar, di sisi lainnya gempuran batik printing terus menyelimuti industri batik nasional tak henti-hentinya. Masyarakat menjadi sedikit samar pemahaman antara batik yang sejati & batik bukan batik (batik printing), batik-batik yang dihasilkan lewat kombinasi teknologi dengan harga-harga terjangkau jadi laris dipasaran, sedangkan batik-batik hasil produksi tradisional para pembatik dianggap tidak ramah di kantong dengan motif-motif klasik yang tidak dikenali oleh masyarakt.
Ini adalah sebuah masalah yang harus kita coba hadapi bersama & cari solusinya, masa depan batik kita ada di tangan kita sendiri sebagai pewaris warisan budaya tak benda batik, sudah saatnya kita mengingkatkan kepada masyarakat untuk ikut berkontribusi memajukan industri batik nasional dengan membeli batik-batik yang sejati, bukan membeli batik yang bukan batik supaya produktivitas industry batik nasional terus menggeliat meningkat, pembatik mendapatkan hasil yang sepadan dengan usaha yang telah di tuangkannya ke dalam sebuah maha karya batik. Bagaimana, tertarik untuk memajukan industri batik nasional? Tertarik untuk menjadi generasi penerus pembatik handal di Indonesia?
Berikut spesifikasi batik:
Bahan: katun
Jenis batik: tulis
Ukuran: 2,4 x 1,15 meter
Harga: Rp 1.125.000,-