Batik Kebangkitan Cinta: Batik Truntum

Cinta yang padam tak berdaya mampu bangkit kembali lewat sentuhan indah batik? Kenapa tidak! Hal tersebut dibuktikan lewat tinta emas lilin panas yang diguratkan oleh Kanjeng Ratu Kencana atau yang populer dengan julukan Kanjeng Ratu Beruk. Beliau adalah garwa ampil/garwa selir Sri Susuhunan Pakubuwono III yang pernah merasakan galau sangat luar biasa sebagaimana dirasakan oleh para wanita-wanita pada umumnya. Galau ketika merasa sudah tidak dicintai, galau ketika merasa sudah tidak menarik lagi bagi pasangannya.

Pertemuan antara Kanjung Ratu Beruk & Sri Susuhunan Pakubowono III memang unik, awalnya seorang pelantun tembang Kraton Surakarta tidak hadir karena sakit. Pelantun tembang Kraton tersebut adalah kawan ayah Kanjeng Ratu Beruk yaitu Wirareja yang selama bekerja menjadi penjual arang, Wirareja tinggal bersama pelantun tembang Kraton tersebut. Akhirnya Wirareja lah yang menggantikan tugas ‘Nembang’ di Kraton untuk menggantikan kawannya yang sakit. Peran menggantikan tadi diapresiasi oleh Kraton, Wirareja akhirnya diangkat sebagai pelantun tembang Kraton, putrinya Kanjeng Ratu Beruk secara tidak sengaja sering diajak sowan Kraton oleh Wirareja sehingga Kanjeng Ratu Beruk diangkat pula menjadi penari bedaya di Kraton. Intensitas kegiatan Kanjeng Ratu Beruk di Kraton membuat Sri Susuhunan Pakubuwono III tertarik kepadanya sehingga diangkat menjadi permaisuri, ini terjadi di tahun 1762.

Perjalanan cinta yang berliku membuat Kanjeng Ratu Kencana memiliki sebuah inspirasi untuk menciptakan motif batik Truntum, suatu hari beliau melihat guguran bunga tanjung di halaman, beliau termenung untuk memperhatikan guguran bunga tanjung tersebut, sesaat beliau terbayang guguran bunga tanjung & keindahan malam yang bertaburan bintang, latar gelap dengan taburan gemerlap cahaya kecil-kecil jika dilihat dari bumi. Insipirasi itulah yang mendorong Kanjeng Ratu Beruk mulai menggoreskan lilin panas diatas sebuah kain, hingga terciptalah batik Truntum sebagai goresan emosional ketika beliau merasa tidak dicintai oleh Sri Susuhunan Pakubuwono III yang diisukan akan menikah lagi.

Kegiatan membatik Kanjeng Ratu Beruk tidak terlepas dari pengamatan Sri Susuhunan Pakubuwono III, pengamatan mendalam sampai pada masterpiece karya Kanjeng Ratu Beruk yaitu Batik Truntum, seketika Sri Susuhunan Pakubuwono III termenung, terdiam & sangat terkesan dengan batik yang diciptkan oleh Kanjeng Ratu Beruk berupa kain berwarna gelap dengan hiasan bintang-bintang menyala diantara kegelapan menyerupai bentuk bunga tanjung dengan kelopak-kelopak yang mampu memunculkan sinar terang di area yang gelap. Oleh karena itulah, rasa cinta Sri Susuhunan Pakubuwono III tumbuh kembali, melihat indahnya seni batik Truntum dan makna filosofi yang tersemat didalamnya yaitu cinta yang bersemi kembali atau cinta yang bangkit kembali setelah padam. Seperti cinta Sri Susuhunan Pakubuwono yang bangkit kembali kepada Kanjeng Ratu Beruk, sebegitu istimewanya Batik Truntum hingga sampai saat ini masih menjadi favorit orang tua mempelai pria maupun wanita di pernikahan karena mengandung doa & harapan filosofis agar kedua mempelai yang menikah, terus tumbuh cintanya, membesar dan tidak pernah layu. istimewa batik Truntum!

• Kegunaan Batik Truntum:
Dipakai oleh mertua & besan ketika lamaran atau resepsi pernikahan dengan harapan, cinta mempelai yang menikah terus tumbuh besar tak pernah layu sehingga terciptalah pernikahan yang langgeng hingga akhir hayat.
• Makna Filosofi Batik Truntum
Cinta bersemi kembali & cinta bangkit kembali, cinta selama-lamanya, tak bertepi.
• Seni Batik Truntum
Batik Truntum Surakarta berbeda dengan Yogyakarta di Surakarta menyerupai bunga tanjung, memiliki kelopak yang tajam nan banyak, seperti segitiga yang menghiasinya, latar batiknya selalu gelap seperti filosofi malam dengan taburan bintang-bintang. Meskipun gelap sunyi sepi, tetapi masih ada bintang yang menjadi daya tarik malam, menyinari bumi dengan cahaya temaram.

Article by Putra William Wiroatmojo

Berikut spesifikasi batik:
Bahan: katun
Jenis batik: tulis
Ukuran: 2,4 x 1,15 meter
Harga: Rp 1.500.000,-

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Open chat
1
Halo Mohon Info Untuk Batik Berkualitas dan Terbaik di Batik Putra Bengawan ??? Terima Kasih