Batik & Tekstil Ramah Lingkungan: Teknik & Pewarnaan

Batik yang menjadi warisan budaya & sarana fashion kebanggaan masyarakat Indonesia juga menjadi salah sorotan aktivis lingkungan hidup karena limbah batik yang dihasilkan dari industri batik nasional, tidak sedikit yang terkadang ikut memberikan kontribusi pencemaran sungai-sungai di Indonesia. Hal ini ditanggapi cepat oleh pemerintah, beberapa titik industri batik Solo seperti Kampung Batik Laweyan & Kauman, dipasangi IPAL, instalasi pengolahan air limbah batik contohnya di Laweyan yang diterapkan di dekat sungai kabanaran. Alternatif lainnya adalah IPAL Batik ‘Mobile’ yang dibuat oleh dosen UNS diberi nama ‘UPAL-RE’ turut menarik 7 negara ketika di perkenalkan pertama kali. Alat ini sangat praktis dan memang diperuntukkan bagi kampung-kampung batik yang memiliki akses jalan sempit seperti di Kauman & Laweyan, Segala usaha memang dikerahkan untuk mendukung produktifitas industri batik nasional yang melejit, tetapi tidak merusak lingkungan sekitar.

Selain tindakan pencegahan, ada juga alternatif pembuatan batik yang diusahakan supaya limbahnya tidak mencemari lingkungan, seperti pewarnaan batik menggunakan bahan-bahan dari alam tanpa menggunakan bahan kimia sama sekali, seperti Batik ‘Indigo’ .

Pewarnaan batik alami ini memanfaatkan cairan yang ada pada tanaman indigofera tinctoria, semakin lama proses pencelupan warna, maka warna birunya akan semakin pekat. Warna biru indigo yang dihasilkan oleh tanaman indigofera tinctoria tersebut layaknya warna biru denim pada jeans, menarik sekali! Selain itu ada beberapa tanaman lainnya yang seringkali dimanfaatkan potensinya untuk menghasilkan pewarna batik alami, antara lain:
• Daun mangga untuk menghasilkan warna hijau.
• Daun kelengkeng untuk menghasilkan warna oranye.
• Daun ketapang & ranting gambir untuk menghasilkan warna hitam.
• Kayu tageran, daun sukun & akar mengkudu untuk menghasilkan warna kuning.
• Kulit kayu secang, buah pinang & daun gambir untuk menghasilkan warna merah.
• Buah aren, buah kering mangrove, kayu manis, mahoni, & daun teh untuk menghasilkan warna coklat.

Alternatif lainnya selain memilih bahan pewarna alam, ada teknik pemrosesan kain yang bisa dibilang baru , demi meminimalisir pencemaran lingkungan yang dihasilkan dari limbah pengolahan tekstil termasuk batik yaitu teknik pemrosesan tekstil yang diberi nama ‘Eco Print’. Teknik ini memanfaatkan getah cair yang dihasilkan oleh daun yang langsung ditempel pada kain, sehingga menimbukan siluet motif dedaunan yang terhampar di keseluruhan kain. Ini bukan batik, karena tidak melalui proses perintangan warna menggunakan lilin panas, tetapi ini adalah salah satu cara memproses tekstil agar memiliki nilai tambah demi meminimalisir pencemaran lingkungan, isitmewa!

Berikut koleksi batik-batik indigo & ecoprint Batik Putra Bengawan, jika tertarik, bisa langsung hubungi admin atau dm ke instagram @batikputrabngawansolo

Article by Putra William Wiroatmojo, Batik Enthusiast.

Berikut spesifikasi batik :
Bahan: katun
Jenis batik: ecoprint
Ukuran: 2,4 x 1,15 meter
Harga: Rp 575.000,-

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Open chat
1
Halo Mohon Info Untuk Batik Berkualitas dan Terbaik di Batik Putra Bengawan ??? Terima Kasih