Filosofi Menggendong Bayi Dengan Batik-Batik Pilihan

Kekayaan seni batik-batikhttps://id.wikipedia.org/wiki/Batik Indonesia yang tiada duanya disertai makna filosofi yang baik dan dipercaya bagi sebagian masyarakat Jawa sebagai sebuah motivasi kepercayaan diri untuk meningkatkan semangat hidup, telah masuk ke dalam sendi-sendi kehidupan bahkan beberapa orang benar-benar akan memikirkan,’Memakai batik apa untuk menghadiri rapat pleno?’ misalnya untuk menyampaikan sebuah pesan terselubung lewat batik atau ketika calon presiden bertemu calon lain ketika debat, maka pemakaian batik memang sangat diperhatikan bagi orang-orang yang memahami makna filosofi penting yang tersemat pada sebuah batik.

Tidak berhenti disitu, bahkan memaknai filosofi mendalam batik telah masuk ke aktivitas sehari-hari ibu ibu ketika menggendong bayi. Kegiatan ini memang hanya menggendong bayi saja, tetapi bagi sebagian orang dimaknai dengan memakai kain batik gendongan yang benar-benar diperhitungkan, salah satunya di wilayah keluarga kraton untuk menggendong bayi, para bangsawan akan menggunakan batik parang. Pada jaman dulu, batik parang hanya khusus boleh dipakai keluarga kerajaan dan tidak diperuntukkan oleh kalangan umum, tetapi saat ini diperbolehkan asal tidak dipakai ketika masuk wilayah kraton Surakarta maupun Jogjakarta. Ibu-ibu keluarga kraton memilih batik parang sebagai kain batik untuk menggendong bayi dengan semangat keberanian, kejujuran, arif nan bijaksana yang mewakili motif batik parang. Semoga sang anak nanti bisa mewarisi karakteristik seorang raja yang dicintai rakyatnya. Selain itu batik parang yang didasari dengan motif parang rusak memiliki arti memerangi yang rusak atau perang melawan perilaku yang tidak baik.

Selain parang, bagi masyarakat umum direkomendasikan untuk memakai batik-batik ini untuk menggendong bayi, antara lain:
• Batik Sawat Manak
 Sawat adalah 2 lembar sayap burung yang terbuka lebar, terdapat pada motif batik Sawat Manak. Motif ini memiliki filosofi relasi antara orang tua dan anak bisa berkesinambungan hingga hari tua, tidak ada konflik, rukun dan damai.
• Batik Cakar Ayam
 Motif ini memang identik dengan cakar ayam, yaitu ceceg yang khas tersebar di seluruh permukaan kain. Cara membatiknya dengan menitik-nitik-kan canting, sehingga kain batik ini diberi nama cakar ayam. Batik ini memiliki filosofi anak yang mandiri dan bisa mendapatkan rezeki secara halal, seperti ayam yang mengais rezeki di pagi hari dengan mencakar-cakar tanah.
• Batik Pura
 Nah ini batik dari Tuban, batik ini memiliki filosofi kebaikan bagi si bayi supaya sehat dan selamat dari mara bahaya.

Selain batik-batik diatas, jika tidak memilikinya bisa menggunakan batik-batik klasik lainnya, seperti batik sido-sidoan, batik wahyu tumurun, dan sebagainya karena semua kain batik memiliki filosofi yang baik untuk diambil ruh dan semangatnya, supaya hidup lebih semangat.

Article by Putra William Wiroatmojo, Batik Enthusiast.

Berikut spesifikasi batik :
Bahan: katun
Jenis batik: tulis
Ukuran: 2,4 x 1,15 meter
Harga: Rp 1.000.000,-

Filosofi Menggendong Bayi Dengan Batik-Batik Pilihan

 

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Open chat
1
Halo Mohon Info Untuk Batik Berkualitas dan Terbaik di Batik Putra Bengawan ??? Terima Kasih