Ki Ageng Henis: Leluhurnya Raja-Raja Mataram Islam Pencipta Batik Sidoluhur

Sebelum kita bahas masalah Batik Sidolohur yang dibuat oleh Ki Ageng Henis, mari kita telusuri silsilah keturunan Ki Ageng Henis, seorang pembesar Laweyan yang mempelopori kegiatan batik-membatik di Kampung Batik Laweyan serta mengukuhkan Laweyan sebagai Kampung Batik Tertua di Indonesia yang ada sejak abad ke-14, di era kekuasaan Kerajaan Pajang.

Ki Ageng Henis atau Kyai Ageng Henis yang petilasannya bisa kita kunjungi di Kampung Batik Laweyan adalah leluhurnya raja-raja Mataram Islam, beliau adalah putera dari Ki Ageng Sela yaitu trah langsung dari silsilah Raja Brawijaya V, raja terakhirnya kerajaan Majapahit di Jawa Timur. Ki Ageng Henis memiliki putra Ki Ageng Pamanahan & Ki Ageng Karatongan. Inilah eranya kerajaan Mataram Islam ketika Ki Ageng Pamanahan memiliki putra bernama Danang Sutawijaya yang bergelar Panembahan Senopati dan menjadi raja pertama Kerajaan Mataram Islam di Kotagede, Yogyakarta. Panembahan Senopati kemudian mewariskan tahtanya kepada Raden Mas Jolang, puteranya yang bergelar Prabu Hanyakrawati yang memiliki putera pertama dari pernikahannya dengan Ratu Mas Adi Dyah Banowati. Beliau dipanggil Raden Mas Rangsang yang bergelar Prabu Hanyakrakusuma yang membawa Kerajaan Mataram Islam mencapai puncak kejayaannya & melahirkan banyak modernisasi untuk tanah Jawa.

Selanjutnya kembali pada Ki Ageng Henis, beliau kemudian melanjutkan karir sebagai guru spiritual Sultan Hadiwijaya yang populer dengan sebutan Joko Tingkir, memerintah Kerjaaan Pajang yang berlokasi di Pajang, Laweyan. Kebijaksanaan & kekayaan ilmu membuatnya menempati kasta tertinggi Brahmana yang disegani & dihormati di era kejayaan Kerajaan Pajang ketika itu memberikan nasihat-nasihat bijak kepada sang pemimpin yaitu Sultan Hadiwijaya. Bisa kita simpulkan bahwa Ki Ageng Henis adalah kakeknya Panembahan Senopati.

Relijiusitas seorang Ki Ageng Henis terwujud pada dakwah-dakwah yang dilancarkannya kepada masyarakat Laweyan yang kala itu mayoritas beragama Hindu berangkat dari seni membatik yang diajarkan kepada masyarakat. Ki Ageng Henis diterima & mendapatkan tempat tersendiri di hati masyarakat Laweyan. Batik akhirnya menjadi sumber penghidupan alternatif bagi masyarakat Laweyan yang sebelumnya agraris, tidak hanya batik, bahan tekstil & kapas, menjadi komoditas primadona kala itu di Laweyan dengan Bandar Kabanaran menjadi jantung ekonomi utama menggunakan alat transportasi perahu sebagai sarana lancarnya hubungan antara para pedagang. Salah satu simbol yang bisa kita saksikan & kunjungi sampai hari ini atas pengaruh kuat seorang Ki Ageng Henis adalah Masjid Laweyan yang dibangun tahun 1546 terletak di sebelah petilasan Ki Ageng Henis. Masjid Laweyan masih berdiri kokoh hingga hari ini dan digunakan oleh masyarakat Laweyan untuk aktivitas ibadah sehari-hari.

Mahakarya terbesar Ki Ageng Henis yang masih lestari hingga hari ini adalah Batik Sidoluhur yang memiliki filosofi keluhuran materi & non materi untuk manusia. Batik sidoluhur adalah representasi dari kemulyaan seorang manusia yang mampu memenuhi kebutuhan duniawinya, sandang, pangan, papan tercukupi, maka seorang manusia bisa dikatakan luhur secara materi. Sedangkan non materinya, manusia bisa mencapai pangkat, jabatan & derajat untuk menyempurnakan pencapaian dalam karir hidupnya.

Berdasarkan pemakaiannya, Batik Sidoluhur biasa dipakai mempelai wanita saat malam pernikahan & juga digunakan ketika upacara mitoni yaitu upacara perayaan tujuh bulan kehamilan istri. Harapan ketika memakai Batik Sidoluhur adalah sang anak nantinya ketika lahir memiliki sifat budi pekerti yang luhur & sopan santun. Selain itu, batik sidoluhur bisa digunakan sebagai jarik gendongan bayi dengan harapan nilai filosofi batik sidoluhur bisa diserap sang bayi supaya kelak menjadi anak yang berbudi pekerti yang luhur.

Referensi:
• surakarta.go.id/mengenal-ki-ageng-henis-sebagai-tokoh-hebat-dibalik-kejayaan-kampung-laweyan/
• javanologi.uns.ac.id/2022/10/17/batik-sidoluhur/
• Batik Indonesia: PPBI Sekar Jagad
• Batik Sudagaran Surakarta: Koleksi Hartono Sumarsono

Article by Putra William Wiroatmojo, Batik Enthusiast.

Berikut spesifikasi batik :
Bahan: katun
Jenis batik: tulis
Ukuran: 2,4 x 1,15 meter
Harga: Rp 1.500.000,-

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Open chat
1
Halo Mohon Info Untuk Batik Berkualitas dan Terbaik di Batik Putra Bengawan ??? Terima Kasih