Seorang ketua RT berjalan menyusuri jalanan sepi nan gersang, memakai atasan batik dengan motif yang cukup populer yaitu parang. Diketahui batik tersebut beberapa kali telah dipakai pak RT untuk menghadiri beberapa acara kemasyarakatan dan tentu saja pak RT sangat bangga menunjukkan batiknya tersebut sambil berkata, ‘Iki ngono batik’, celetuk pak RT. Seorang warga menyahut, ‘yo jelas kuwi batik pak, sopo wae mesti reti kuwi batik!’. Pak RT pun langsung membalas, ‘Lha awakmu opo duwe batik?’, tanya pak RT. Kemudian warga tersebut menimpali, ‘Yo nduwe lah pak!’. Pak RT menyahut, ‘Ndi kene cobo tak cek’e!’. Warga tersebut lari mengambil batik yang dimaksud, sambil terengah menghamiri pak RT dan berkata, ‘Iki lho batik ku pak!’. Pak RT berdiam sejenak dan melihat-lihat secara detail, kemudian mulai berkata, ‘Bro, ngapunten lho iki, sing jenenge batikhttps://id.wikipedia.org/wiki/Batik kuwi, kudu melalui proses perintangan lilin panas, nek gonamu iki ora melalui proses mbatik sing sejati, iki mung disablon satu sisi!’. Mendengar pernyataan pak RT, sang warga langsung terkaget-kaget dan menimpali, ‘Lha terus iki udu batik pak?’. Pak RT menjawab, ‘Udu bro, kuwi tekstil bermotif batik!’.
Akhirnya warga tersebut tercengang, dia merasa tertipu karena sang penjual beberapa waktu lalu mengatakan kalo pakaian yang dibelinya itu batik dan mulai menyadari bahwa apa yang dibawanya tersebut ternyata tekstil bermotif batik yang dibuat untuk mempercepat proses produksi & supaya harga bisa ditekan, jadi terjangkau untuk masyarakat luas.
Article by Putra William Wiroatmojo, Batik Enthusiast.
Berikut spesifikasi batik :
Bahan: katun
Jenis batik: tulis
Ukuran: 2,4 x 1,15 meter
Harga: Rp 700.000,-