Perbedaan Batik Djawa Hokokai & Batik Pagi-Sore

Beberapa masyarakat menghadapi sebuah kerancuan untuk membedakan antara ‘Batik Djawa Hokokai & Batik Pagi-Sore’, sebagian menganggap batik Djawa Hokokai adalah batik Pagi-Sore begitupun sebaliknya, padahal ada perbedaan mendasar antara keduanya. Kita mulai dari sejarah penciptaan keduanya, batik Djawa Hokokai & batik Pagi-Sore.

Pada awal masa pendudukan Jepang di Indonesia, setelah mampu menundukkan kolonial Belanda di tahun 1942 para pengusaha batik di Kota Pekalongan melakukan sebuah gerakan ‘New Government Approaching’, sebuah usaha untuk mempermudah izin perekonomian yang berputar di Kota Pekalongan. Berganti pemerintahan artinya berganti aturan, maka dari itulah para pengusaha batik mulai mendekati penguasa agar supaya kegiatan perekonomian industri batik tidak terhambat. Bagaimana approaching yang dilakukan para pengusaha batik Pekalongan? yaitu dengan membuat sebuah mahakarya batik yang mengadopsi budaya Jepang sekaligus Tiongkok yaitu batik Djawa Hokokai. Batik ini memilik sematan motif-motif yang disukai orang Jepang, antara lain:
1. Motif bunga sakura, krisan atau dahlia.
2. Frame atau pinggiran pada ujung kain yang identik dengan frame pakaian adat Jepang yaitu kimono, disebut sebagai ‘Sushomoyo’ .
3. Pewarnaan cerah, sesuai dengan ciri khas batik pesisiran, batik Djawa Hokokai maupun Pagi-Sore memiliki pewarnaan cerah & terkesan modern.
4. Motif-motif klasik seperti parang & kawung tersemat untuk memberikan kesan batik yang sesungguhnya, motif-motif asli dari Jawa Tengah tersebut disematkan untuk memenuhi keseluruhan kain batik.
5. Motif kupu-kupu sejatinya bukan bagian budaya orang Jepang, itu lebih condong ke budaya Tiongkok. Motif kupu juga ditambahkan pada batik Djawa Hokokai untuk melengkapi kesempurnaan kombinasi motif bunga & motif klasik yang tersemat di seluruh permukaan batik.

Setelah batik selesai dibuat, diberi nama yang berkaitan dengan Jepang yaitu batik Djawa Hokokai, dan dipersembahkan kepada penguasa baru ketika itu. Tidak serta merta membuat jalur perekonomian para pengusaha batik mulus, justru sebaliknya para pengusaha batik kesulitan mendapatkan pasokan kain mori sebagai bahan dasar utama pembuatan batik. Kelangkaan kain mori tersebut mempengaruhi aktivitas industri batik nasional yang membuat beberapa pengusaha batik melepas para pembatik-pembatik dan beberapa pekerja lainnya sebagai langkah penyesuaian perusahaan dalam istilah modern disebut lay-off.

Sambil menunggu pasokan kain mori tiba, para pengusaha terus memutar otak agar supaya dapurnya tetap mengebul. Kain-kain mori yang tersisa mulai digelar & dimanfaatkan untuk memperpanjang masa bekerja para pembatik & pekerja dapur lainnya, para pengusaha batik mencoba melakukan sebuah instruksi kepada para pembatik untuk membuat motif yang lebih rumit dari batik Djawa Hokokai sambil menunggu kain mori. Semakin rumit motif artinya, pengerjaan sebuah batik membutuhkan waktu yang lebih lama untuk menahan para pekerja batik tidak keluar dari perusahaan. Usaha ini akhirnya menghasilkan sebuah mahakarya batik pengembangan dari batik Djawa Hokokai yaitu batik Pagi-Sore, motif-motifnya masih sama seperti batik Djawa Hokokai. Perbedaannya adalah dalam satu helai kain, batik Pagi-Sore memiliki 2 motif & 2 gaya pewarnaan yang berbeda, sedangkan batik Djawa Hokokai hanya memiliki 1 motif & 1 pewarnaan yang sama.

Batik Pagi-Sore lahir karena keterbatasan kondisi yang tidak sengaja memnculkan sebuah ide ‘Sustainable Fashion’ karena dalam satu helai batik Pagi-Sore, masyarakat bisa menggunakannya sehari untuk 2 sesi. Bagian motif dengan warna gelap digunakan untuk sesi berpakaian pagi-siang hari, sedangkan motif dengan warna terang digunakan untuk sesi berpakaian sore-malam. Selain hemat pengeluaran uang bagi masyarakat, industri batik nasional juga menghemat pasokan kain & tidak banyak membuang limbah setelah produksi batik selesai. Mahakarya yang istimewa, tidak hanya menciptakan seni batik & fungsi berpakaian tapi juga ramah lingkungan, istimewa batik Pagi-Sore.

Jadi, ciri mendasar untuk membedakan antara Batik Djawa Hokokai & Batik Pagi-Sore adalah, pada motifnya, pewarnaan pastinya akan terang karena keduanya termasuk batik pesisiran, tetapi pada motif, jika menemukan batik dengan motif Djawa Hokokai yang memiliki 2 motif & 2 pewarnaan berbeda yang dibatasi dengan garis melintang, maka itu adalah batik Pagi-Sore, batik yang fleksibel bisa digunakan untuk padu padan batik seharian untuk 2 sesi waktu yang berbeda. 2 kata untuk batik Pagi-Sore yaitu efektif dan efisien.

Terakhir secara istilah penamaan, Batik Djawa Hokokai konteksnya motif yang terdiri atas 5 poin diatas, sedangkan Batik Pagi-Sore, konteksnya adalah fungsi pemakaian karena batik ini multifungsi, bisa dipakai untuk beberapa waktu sesi berbeda dalam 1 hari, tinggal mengubah tampilan warna mana yang ingin ditampilkan secara menyeluruh.

Article by Putra William Wiroatmojo, Batik Enthusiast.

Perbedaan Batik Djawa Hokokai

 

  1. Berikut spesifikasi batik Djawa Hokokai :
    Bahan: dobby
    Jenis batik: print
    Ukuran: 2,4 x 1,15 meter
    Harga: Rp 199.000 – 159.000
  2. Berikut spesifikasi batik Pagi-Sore :
    Bahan: katun
    Jenis batik: print
    Ukuran: 2,4 x 1,15 meter
    Harga: Rp 145.000,-

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Open chat
1
Halo Mohon Info Untuk Batik Berkualitas dan Terbaik di Batik Putra Bengawan ??? Terima Kasih