Era modern ini, tidak banyak orang-orang yang memilih jalan berbeda dengan orang lain terutama masalah pelestarian batik yang sangat langka & sulit ditemui para pegiatnya, kecuali Hartono Sumarsono, sang kolektor batik yang memiliki cara tersendiri untuk melestarikan batik. Beliau tidak hanya mengoleksi batik-batik dari seluruh Indonesia, tetapi juga melakukan upaya penjagaan supaya batik-batik warisan leluhur kita tidak dibeli & dibawa oleh orang-orang mancanegara yang notabene lebih ‘Menghargai’ karya-karya masterpiece yang dibuat melalui proses panjang nan tradisional, seperti batik.
Seketika setelah ditetapkan sebagai warisan budaya dunia tak benda oleh Unesco, praktis membuat posisi batik Indonesia sentral tak tersentuh oleh klaim negara lain, padahal batik kita tidak murni dibuat oleh orang-orang Indonesia. Orang Belanda memiliki potensi klaim karena para leluhur mereka yang dulu tinggal di era penjajahan Jepang juga membuat batik-batik mereka sendiri seperti batik Belanda. Orang-orang Gujarat, Arab, Tiongkok & bahkan Jepang juga memiliki andil dalam mempengaruhi gaya motif & pewarnaan batik-batik Indonesia. Jadi memang ancaman-ancaman klaim batik ini sangat kompetitif. Bagi Hartono Sumarsono, ini adalah tantangan bagaimana menjaga pelestarian batik dengan cara yang berbeda.
Beberapa hal yang membangunkan semangat Hartono Sumarsono untuk tampil sebagai pelestari batik, mengumpulkan macam-macam batik serta mengkoleksi salah satunya adalah ketika beliau berburu batik tahun 1983. Saat pedagang-pedagang minang mengatakan ‘Alangkah sayangnya jika, batik-batik ini dibeli & dibawa orang-orang mancanegara ke negaranya. Mungkin suatu hari, batik-batik cantik itu tidak ada lagi disini!’, kata beberapa pedagang batik minang yang ditemuinya, berdasarkan laporan berita Liputan 6. Sejenak beliau berfikir ‘Iya juga ya!’, sejak itulah Hartono Sumarsono semakin aktif & bergairah berburu batik-batik Indonesia yang kuno maupun modern.
Bagi Hartono Sumarsono, batik tidak hanya sebuah karya masterpiece karya seni layaknya sebuah prasasti sejarah, batik bagi Hartono Sumarsono memiliki arti sejati dengan simbol-simbol hewan, flora suluran, bunga buketan, cerita dongeng atau simbol-simbol lain yang diyakini memiliki kandungan doa, harapan, dan nasehat orangtua kepada keturunannya. Terlebih batik-batik klasik yang dibuat oleh raja-raja Kerajaan Jawa terutama Kesultanan Mataram Islam yang membuat banyak sekali masterpiece batik-batik dengan filosofi untuk meningkatkan kepercayaan diri manusia dalam menjalani kehidupan. Oleh karena itulah, selain membeli, mengoleksi & mengumpulkan batik-batik Indonesia, Hartono Sumarsono juga menuangkannya dalam bentuk literasi buku. Sampai saat ini, beliau telah menulis 5 buku dengan penjelasan ilustrasi visual koleksi-koleksi batik dari seluruh Indonesia, istimewa!
Beberapa buku-buku koleksi batik Hartono Sumarsono yang lahir 71 tahun lalu, tahun 1953, diantaranya adalah:
1. Batik Pesisir Pusaka Indonesia, buku ini dirilis tahun 2011, mengulas seluruh koleksi batik pesisir atau batik-batik yang dibuat diluar kraton Surakarta maupun Yogyakarta. Berlokasi spesifik di daerah pesisiran utara Jawa. Batik-batik pesisir memiliki pewarnaan yang lebih cerah & warna-warni daripada batik Surakarta & Yogyakarta. Motifnya pun dipengaruhi beberapa asimilasi budaya dari India, Belanda, Tiongkok, Jepang & Arab.
2. Benang Raja: Menyimpul Keelokan Batik Pesisir, buku ini dirilis tahun 2013. Dalam buku ini, koleksinya masih menjelaskan visual batik-batik pesisiran karena batik pesisir memiliki asal daerah yang sangat banyak, maka dituangkan kembali di buku keduanya.
3. Batik Garutan, buku ini dirilis tahun 2016, lanjutan dari 2 buku sebelumnya. Buku Batik Garutan ini menjelaskan keindahan batik-batik asal Garut, Jawa Barat yang tidak rumit seperti batik-batik Jawa lainnya yang identik dengan kerumitan motif tanahan atau alusan, melainkan lebih sederhana, sedikit motif, banyak ruang-ruang kosong, namun tetap indah, itulah Batik Garutan.
4. Batik Betawi, buku ini dirilis tahun 2017 berisi koleksi batik-batik Betawi atau batik-batik yang dibuat di wilayah Jakarta dan sekitarnya dengan ciri khas motif ala betawi yaitu monas, ondel-ondel, bemo, penjual kerak telor dan lainnya.
5. Batik Sudagaran Surakarta, buku ini dirilis tahun 2019, merupakan buku yang paling baru dari Hartono Sumarsono, isinya koleksi batik-batik yang tercipta di luar Keraton Kasunanan Surakarta atau dalam kata lain, batik-batik yang mengadopsi motif-motif Keraton untuk kepentingan komersial, jadi boleh dipakai oleh masyarakat umum kecuali masuk wilayah Keraton itu sendiri.
3 buku Hartono Sumarsono tersedia di Batik Putra Bengawan, ditambah buku Batik Pesisir dengan bahasa Inggris, tertarik untuk ikut andil dalam program pelestarian warisan budaya leluhur Indonesia yang telah ditetapkan Unesco sebagai warisan budaya tak benda? Mari koleksi buku-buku Hartono Sumarsono untuk meningkatkan kesadaran kita akan pentingnya menjaga batik & melestarikannya. Tidak banyak kolektor batik yang membuat literasi buku dengan porsi visual 80% dan sangat cocok dibaca anak-anak muda masa kini yang kurang menyukai bacaan buku utuh tanpa visualisasi. Jika tertarik untuk memilikinya, bisa langsung menghubungi admin kami lewat DM instagram @batikputrabengawansolo atau ke nomor whatsapp yang tertera di bio instagram.
Article by Putra William Wiroatmojo, Batik Enthusiast.
Berikut spesifikasi buku beserta harganya :
1. Buku Batik Pesisir Pusaka Indonesia : Rp 375.000,-
2. Buku Benang Raja : Rp 375.000,-
3. Buku Batik Garutan : Rp 500.000,-