Peran Besar ‘Batik Belanda’ Dalam Perkembangan Produk Batik-Batik Indonesia

Berdasarkan buku yang ditulis oleh Harmen C. Veldhuisen, nama owner butik batik keturunan Indo-Belanda bernama Caroline Josephine von Franquemont, dikenal sebagai orang pertama yang dikenal merilis batik-batik disebut secara spesifik batik-batik Belanda, terkesan seperti itu batik milik Belandat tetapi ternyata itu hanyalah istilah batik-batik yang dibuat oleh orang-orang Indo-Belanda yang menjadi owner butik batik dan mempekerjakan pembatik-pembatik Jawa untuk membuat kain batik berdasarkan arahan motif para owner keturunan Indo-Belanda tersebut.

Selain Caroline von Franquemont, ada nama lain yaitu Eliza van Zuylen, Lawick van Pabst, Catherine von Oosteroom, dan nama-nama lain yang belum disebutkan. Mereka memiliki andil besar dalam perkembangan seni membatik di Indonesia, terutama masalah seni motif & pewarnaan. Salah satunya adalah pewarnaan ‘Green Prankemon’ yang pernah diteliti oleh seorang peneliti batik asal Belanda yaitu Sabine Bolk, beliau mengkaji dari mana asal zat warna hijau yang dibuat pada Batik Nutmeg atau batik buah pala yang beredar di buku-buku batik terkemuka seperti buku Tropenmuseum atau buku ‘Batik Belanda’ karya Harmen C. Veldhuisen, dan beberapa sumber digital lainnya karena di zaman itu tepatnya tahun 1800an, batik-batik di Surakarta & Jogjakarta masih identik dengan pewarnaan sogan atau kecoklatan, belum ada warna-warna modern yang eye catching seperti hijau, kuning, merah atau ungu. Sedangkan para owner butik batik keturunan Indo-Belanda tersebut sudah menuangkan warna-warna modern di tahun tersebut, ini membuat seorang peneliti batik asal Belanda Sabine Bolk, terkagum-kagum, lantas tertarik untuk menelitinya.

Setelah itu muncul warna hijau dari Batik Nutmeg yang diduga dibuat oleh Caroline von Franquemont, muncul batik-batik berwarna cerah dengan warna-warna modern dari daerah-daerah pesisir utara pulau Jawa, sebut saja pekalongan, semarang, dan lain-lainnya.

Selain itu ada pengaruh motif ‘Batik Belanda’ yang ramai digunakan pada batik-batik Indonesia, salah satunya tumpal untu walang. Jadi tumpal dengan motif menyerupai gigi belalang ini merupakan maha karya dari para owner butik batik keturunan Indo-Belanda yang saat ini menjadi pemanis motif batik-batik Indonesia, terutama sarung, disandingkan dengan motif flora-flora buketan, fauna khas Indonesia seperti harimau, kupu-kupu dan lain-lainnya. Orang-orang Belanda sangat menyukai bunga, maka dari itulah banyak sekali ‘Batik Belanda’ yang menggunakan motif bunga buketan. Motif bunga buketan ini juga menjadi salah satu peran besar ‘Batik Belanda’ untuk mempengaruhi para pembatik lokal untuk membuat motif-motif yang serupa.

Satu lagi adalah motif bercerita, ada story telling pada batik, ‘Batik Belanda’ lah yang mengawalinya, mereka membuat banyak sekali cerita pada batiknya, salah satu diantaranya adalah motif Hanzel & Grete, terinspirasi dari dongeng anak-anak masyhur di Eropa, kemudaian motif Little Red Riding Hood atau Gadis Berkerudung Merah, dongeng anak-anak yang populer juga di Eropa, kemudian batik perang diponegoro yang dibuat dengan distorsi sejarahnya menggambarkan motif-motif pasukan Belanda tanpa menyematkan pangeran diponegoro di dalamnya.

Jadi ‘Batik Belanda’ memiliki 2 hal yang berperan mempengaruhi produk-produk batik Indonesia, yang pertama pewarnaan dan kedua konsep motif.

Article by Putra William Wiroatmojo

Berikut spesifikasi batik:
Bahan: katun
Jenis batik: cap
Ukuran: S
Harga: Rp 210.000,-

Tinggalkan Balasan

Email Anda tidak akan di publikasikan. Bidang yang ditandai * harus diisi

Open chat
1
Halo Mohon Info Untuk Batik Berkualitas dan Terbaik di Batik Putra Bengawan ??? Terima Kasih